Kaji-Ulang Pengeluaran itu Perlu, dan Menabung di Bank itu Harus

Sumber : okezone.com 
Ada ungkapan yang populer tentang uang, yakni "Uang adalah segalanya". Kalian boleh saja setuju atau tidak, yang jelas ungkapan tersebut saya rasa ada benarnya. Benar dalam artian bahwa dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan uang menjadi salah satu komponen penting dalam hidup. Maka tidak heran jika diantara kita bekerja pagi hingga sore terkadang hingga malam untuk mendapatkan uang. Ada juga mereka yang kaya dan berkecukupan tetap ingin mendapatkan keuntungan yang banyak.

Tanpa uang, rasanya agak mustahil seseorang dapat memenuhi segala kebutuhan, terkecuali kita mendapat hadiah atau memenangkan undian dan semacamnya. Akan tetapi, muncul pertanyaan : Apakah banyaknya uang menjamin masa depan yang baik dan menjamin kita dapat mengelola keuangan dengan baik pula?

Pertanyaan di atas patut kita renungi terutama bagi kita yang mempunyai kepribadian condong boros atau tidak dapat mengontrol pengeluaran dengan baik. Banyak fakta dan kejadian, baik di televisi, media online atau diantara kita mungkin pernah mengalaminya, dimana yang kaya bisa jatuh miskin maupun sebaliknya. Apa ini bagian dari nasib hidup seseorang? Ternyata tidak! Ini lebih kepada seberapa cerdasnya kita dalam mengelola keuangan.

Setidaknya ada 2 tindakan yang perlu kita lakukan agar keuangan kita terkendalikan, yaitu :

Pertama : Review kembali pengeluaran yang telah dikeluarkan
Tindakan ini lebih kepada kaji-ulang terhadap uang yang telah kita belanjakan. Ini penting, karena kita akan menemukan kesalahan-kesalahan besar atau kecil yang tanpa sadar menjebolkan keuangan kita. Beberapa kesalahan yang sering terjadi diantaranya :
  1. Mengedepankan gengsi
  2. Belanja sesuai keinginan, bukan sesuai kebutuhan
  3. Pengeluaran kecil tapi rutin
Mengedepankan Gengsi
Pernah dengar ungkapan "Hidup itu Murah, Gengsi yang Mahal"? Untaian kata tersebut dilatarbelakangi oleh 2 hal, pertama : Pada dasarnya hidup itu tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, karena apa yang kita butuhkan pada dasarnya tidak menguras dompet. Kedua : Kehidupan yang semakin berkembang mendorong seseorang  memperoleh barang atau kondisi seperti yang lain, meskipun barang atau kondisi tersebut sesuatu yang tidak murah. Misalnya :
Si A melihat beberapa temannya membeli smartphone terbaru dengan harga Rp. 7 juta, sedangkan ia telah memiliki smartphone yang masih bagus walaupun bukan keluaran terbaru. Melihat temannya memiliki smartphone terbaru, Ia merasa harus memiliki smartphone yang sama. Padahal jika melihat kita dari sisi finansial, kemampuan si A berada pada katagori menengah. Dikarenakan rasa gengsi yang dikedepankan, maka pembelian smartphone baru dilakukan dengan kredit atau berutang.
Kasus di atas bukan sesuatu yang mengada-ngada dan ini bentuk dari ketidakcerdasan dalam mengelola keuangan. Perlu diketahui, gengsi itu tidak ada habisnya dan membuat kita lupa diri sehingga melahirkan kemudharatan lain seperti kredit dan hutang. Sedangkan kita tahu, menutup kredit atau membayar hutang bukan perkara yang mudah.

Belanja karena KEINGINAN, BUKAN karena KEBUTUHAN
Terdapat perbedaan antara gengsi dengan membelanjakan sesuatu sesuai keinginan (bukan kebutuhan). Perbedaannya terletak pada faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli sesuatu. Singkatnya, jika gengsi lebih dipengaruhi faktor ekternal (seperti contoh di atas) maka membelanjakan sesuatu yang bukan kebutuhan lebih kepada faktor internal (diri sendiri). Misalnya :
Seseorang memerlukan 1 pakaian baru untuk digunakan. Akan tetapi, ketika dia pergi ke pasar, dirinya melihat banyak pakaian bagus dan ia memborong beberapa pakaian. Jika kita melihat dari segi keuangannya, maka saat dia memborong pakaian tersebut, keuangannya akan menipis drastis yang berujung pada keuangan yang buruk di penghujung bulan.
Ada baiknya, kita kembali mengontrol diri untuk memilah-milah kebutuhan primer, sekunder juga tersier. Menahan sedikit keinginan untuk keuangan yang sehat bagian dari langkah bijak dalam mengelola keuangan.

Apakah kita tidak dibolehkan memperturut keinginan? Jawabannya tentu boleh, tetapi sebelum memenuhi keinginan kita dituntut cermat melihat kesehatan keuangan kita. Jika memungkinkan, silahkan. Jika tidak, jangan dipaksakan.

Pengeluaran Kecil tapi Rutin
Seorang penulis, politikus dan ilmuan, Benjamin Frankiln, pernah mengatakan :

"Berhati-hatilah dengan pengeluaran kecil. Keretakan kecil dapat menenggelamkan kapal besar."

Petuah bijak di atas bisa kita renungi, bahwa gagalnya mengelola keuangan bukan saja dikarenakan pengeluaran besar melainkan pengeluaran kecil tapi rutin. Bisa saja, pengeluaran kecil ini yang memberi dampak besar  terhadap sehat tidaknya keuangan kita.

Ada beberapa pengeluaran kecil yang sering kita lakukan, diantaranya :
  1. Terlalu sering nongkrong
  2. Jarak dekat, tetap menggunakan kendaraan. Padahal bisa kita tempuh dengan berjalan
  3. Penggunaan kuota internet berlebihan karena penggunaan yang kurang bijak. Seperti menonton, nge-game atau nge-sosmed yang berkepanjangan.
  4. Merokok. Ini pengeluaran rutin yang sebenarnya jika kita berhemat, kita bisa membeli kendaraan dan menabung jutaan hingga ratusan juta. 
Berkaitan dengan rokok, ada satu kisah inspiratif yang dilakukan Hilmee Ismail. Pria dari Malaysia ini memiliki pengeluaran rutin untuk membeli rokok. Dari pengakuannya, bahwa dia adalah perokok berat dan bisa menghabiskan 10 ringgit (sekitar Rp. 30 ribu) per hari, 300 ringgit (sekitar Rp. 895 ribu) per bulan dan 3.600 ringgit (Rp. 10 juta) setahun. Ia juga menambahkan bahwa dirinya berhenti merokok hampir 12 tahun sejak umurnya 21 tahun. Ia juga sengaja membuat rekening khusus untuk dana rokok dan dipisahkan dengan tabungan lain. Lalu apa yang didapat oleh Hilmee setelah menabung lebih dari 10 tahun? Setelah menabung dalam jangka waktu yang cukup lama, Hilmee bisa menabung lebih dari 70 ribu ringgit atau setara Rp. 208,1 juta. Uang tersebut akan digunakan untuk membiayai Ibunya dalam menunaikan ibadah Haji. Hal ini tidak terlepas dari saran sang Ibu untuk berhenti merokok. (Sumber : dream.co.id)
Nominal yang besarkan? (Sumber : dream.co.id) 
Saya yakin, setiap kita memiliki pengeluaran kecil yang rutin. Maka sudah saatnya kita renungi lalu memperbaiki pengeluaran kasat mata yang membuat keuangan kita sakit.

Coba bayangkan, jika gengsi tidak kita kedepankan, belanja sesuai kebutuhan dan meminimkan pengeluaran kecil, maka sudah berapa banyak uang yang bisa kita tabung untuk masa depan?

Kedua : Sudah saatnya Menabung!
Setelah melakukan intropeksi diri dan menemukan kesalahan pengeluaran keuangan yang kita lakukan, maka sudah saatnya kita mengalihkan uang tersebut untuk ditabung. Karena menabung, bagian dari keputusan bijak dan cerdas. Akan tetapi, menabung bukanlah sekedar menabung. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

Menabung di Awal dan di Akhir
Ada satu kesalahan yang kita lakukan saat menabung, yaitu menabung di akhir, dalam artian menabung sisa-sisa penghasilan. Alangkah bijak, ketika kita mendapatkan penghasilan maka dapat langsung kita sisihkan sebagian untuk ditabung. Akan tetapi, menyisihkan sejumlah uang kita lakukan setelah memilah berapa untuk kebutuhan sehari-hari dan berapa untuk ditabung. Misalnya :
Dalam sebulan kita memperoleh penghasilan 5 juta. Kebutuhan sehari-hari 3 juta, maka 2 juta kita sisihkan untuk tabungan.
Apabila di akhir bulan masih terdapat sisa uang setelah kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, maka uang tersebut juga ditabung dan jangan dihabiskan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Menabunglah, walau itu Sedikit
Terkadang kita masih enggan menabung karena uang yang sedikit atau penghasilan kita yang kurang memadai. Tapi yakinlah, berapapun penghasilan kita, berapapun yang kita tabung, uang tersebut akan menyelamatkan kita disaat kesempitan. Aktivitas menabung juga bukan berbicara nominal berapa rupiah, melainkan berbicara mau tidaknya kita menabung.

Menjadikan Menabung sebagai Habit
Segala sesuatu yang kita lakukan secara terus-menurus akan membentuk kebiasaan. Pola ini yang harus kita bentuk ketika menabung. Apabila menabung telah menjadi kebiasaan maka tanpa disuruhpun kita akan menabung. Oleh karenanya, menabung harus rutin dan berkelanjutan. Jika perlu, paksakan diri untuk menabung!

Mimpikan satu Impian dengan Tabungan Kita
Impian yang ingin kita gapai bagian dari motivasi agar kita senantiasa menabung. Contohnya saja kita ingin melanjutkan pendidikan, dan kita akan menabung untuk mewujudkannya.

Setiap kita memiliki impian berbeda, keliling Eropa, menikah, membahagiakan orangtua, membelikan hadiah untuk orang tercinta, membangun rumah dan lainnya. Semua butuh uang, dan untuk menggapainya adalah dengan menabung.

PENTING!! Percayakan Bank sebagai tempat Simpanan
Sekarang bukan lagi zaman menyimpan uang di bawah bantal, kasur dan sebagainya, karena kita memiliki Bank yang menyediakan jasa penyimpanan untuk kita. Menyimpan uang di rumah juga bisa beresiko baik kehilangan, pencurian maupun bencana.
Kita bisa belajar dari keluarga Marzuki, dimana uang Rp. 5 juta yang merupakan uang tabungannya ludes terbakar. Musibah yang dialami oleh Marzuki bermula saat rumahnya yang berada di Kampung Lemahduhur RT 4/1, Bogor Selatan, Bogor hangus terbakar. Dirinya dan keluarga telah menempati rumah tersebut lebih dari 20 tahun. Nahas, bukan hanya rumah yang menjadi puing, uang tabungan senilai Rp. 5 juta rupiah yang ia simpan di bawah bantal juga ikut terbakar. (Sumber : tribunnews.com)


Hadirnya Bank tidak terlepas untuk memberi jaminan keamanan terhadap uang yang kita miliki. Baik dalam nominal banyak maupun sedikit. Apalagi  bank-bank yang beroperasi di wilayah Indonesia diwajibkan menjadi peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dengan menjadikan bank sebagai peserta LPS, maka uang yang kita tabung akan terjamin keselamatannya. Setidaknya musibah yang dialami oleh Marzuki menjadi pelajaran bagi kita untuk mempercayai bank sebagai tempat menyimpan uang.

LPS sendiri telah memiliki kekuatan hukum, yakni UU No. 24 th. 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, yang memiliki fungsi :
  1. Menjamin simpanan nasabah
  2. Turut aktif dalam memelihara sistem perbankan (untuk lebih jelasnya, silahkan klik disini )
Khusus pada fungsi pertama, bahwa LPS akan menjamin dana nasabah hingga 2 Miliar. Sebuah angka yang luar biasakan? Dengan mengusung tag line Aman, Tenang dan Pasti memberikan gambaran bahwa LPS memberikan rasa aman bagi nasabah.
LPS : Aman, Tenang dan Pasti
Oleh karena itu, mempercayakan bank sebagai tempat untuk menabung merupakan suatu keharusan dalam menyehatkan keuangan kita. Jangan pernah khawatir jika uang kita berada di bank, karena LPS akan menjaminnya.

"Mari menabung di Bank, agar keuangan terjaga dan raih masa depan yang gemilang"


***

Oya, menabung itu seakan mudah dilakukan tapi sulit diwujudkan. Tanam niat yang kuat, mulai dari sekarang dan rasakan manfaatnya dihari depan. #semoga_bermanfaat

3 komentar:

  1. Karena nabung, saya berhasil punya rumah sendiri saat masih muda sebelum nikah. Simak pengalaman saya di blog saya di http://www.amir-silangit.com/2018/07/karena-menabung-impianku-memiliki-rumah.html aliasnya kunjungan baliknya ya, terimakasih :D

    BalasHapus
  2. Semoga tulisannya bisa menginspirasi yang lain juga ya, Mas. Aamiin. Ayo Nabuuuuung! Mampir ke blog saya ya. :) bangfirman(dot)com

    BalasHapus

Instagram