Bicara Plagiat Bareng Bang Za Apache13


Salah satu penyakit kronis dalam berkarya adalah Plagiat, dan ini marak. Tak pandang bulu, baik itu dalam tulisan maupun musik. Bisa jadi, yang melakukan plagiat ingin mendapat pujian, ketenaran atau.... yaaaaaa.... sesuatu yang bersifat duniawi, mungkin.
Rabu malam lalu (22/11), saya mengajak Nazar Shah Alam (Bang Za, Vokalis Apache13) tuk ngobrol santai tentang Plagiat di Radio Seulaweut 91FM. Tepatnya di program Obrolan Malam, selama 2 jam (21.00 sd. 23.00 WIB). Awalnya rada pesimis, takut ia-nya tak punya jadwal kosong. Toh... Apache13 lagi masa jaya-jayanya. Semoga, tetap jaya!

Saya yang bertindak sebagai host dan juga Produser program sengaja ngelirik Bang Za untuk bahas topik ini. Bukan tanpa alasan, bukan pula karena ia sudah tenar. Ini lebih kepada sosoknya, yakni pemuda antiplagiat dan cinta originalitas dalam berkarya. Karena jauh sebelum dia tenar, saya telah mengenalnya, mengenal pula karya-karyanya yang punya ciri khas, tanpa plagiat.

Malam itu hujan, tapi Bang Za tetap datang dengan motor matic hijaunya. Mengenakan kaos dan kemeja lengan panjang yang tak dikancing. Padu dengan jeans.

Kata Bang Za, tentang Plagiat
Saya mengawalinya dengan pertanyaan sederhana, "Bang Za, selaku orang yang senantiasa menonjolkan originalitas dalam karya, menilai plagiat itu seperti apa?"

"Plagiat... penyakit paling berbahaya dalam karya. Plagiat itu semacam virus yang menyebarnya cepat, dan ketika ini diterima oleh banyak orang maka akan bahaya. Apalagi kita tidak sedang berhadapan dengan banyak orang yang pandai/paham dengan karya yang secara tidak langsung kita menipu orang. Maka dosa plagiat, bisa jadi sama seperti dosa pencuri/penipu." Jawabnya. Saya setuju, karena secara tidak langsung perilaku plagiat ada unsur menyembunyikan karya sebenarnya, baik itu dalam dunia menulis maupun musik.

Lantas, kenapa seseorang terpicu untuk melakukan plagiat?

"Ada beberapa hal : [1] Karena malas berpikir kreatif, [2] cari aman, orang lain melakukan itu, ya saya juga melakukan itu, dan [3] tidak punya iman, dalam artian gak malu." Yaaah... saya rasa kita semua tau 3 point yang disampaikan Bang Za. Apalagi ia juga mengungkapkan bahwa menggarap lagu (misalnya) itu pekerjaan yang melelahkan, pikiran, waktu, semua dikorbankan. Ketika pengorbanan yang telah dikorbankan, lantas kita hanya mengambil karya orang, berarti kita tidak menghargai apa yang orang lain lakukan.

"Makanya, kita membuat lagu yang original agar kami bisa merasakan bahwa buat lagu itu capek, lelah, jadi kita merasakan susahnya dan nggak akan tega mengambil karya orang. Ini kembali kepada kesadaran malu, juga kembali ke iman..." pungkas Bang Za.

Cara menghindari Plagiat : "Patahkan satu per satu" 
"Ambil satu lagu orang full, kemudian patahkan satu persatu. Dan ini sebenarnya ilmu yang di dapat dalam sastra." Katanya.

Yang dimaksudkan dari "patah kan satu per satu" adalah gantikan kata per kata dari karya orang. Misalnya; kita ganti nama tokoh, ganti tempat, ganti waktu dan lain-lain. Dan ketika kita sudah mengubah semuanya, maka akan menghadirkan karya baru, dan ini bukan plagiat, melainkan bagaimana cara kita menggarap sesuatu. Begitu juga di musik, ubah nada ubah lirik maka akan melahirkan karya baru.

"Ibarat mengubah rumah. Kita ubah dinding, dan semuanya, maka akan menghasilkan rumah baru."

Bang Za juga katakan bahwa mendengar lirik lagu orang, nadanya, musiknya dan sebagainya (sebagai materi) itu hal yang wajar. Karena kita butuh ide akan sebuah karya. Bisa jadi dengan mendengar lagu yang telah ada akan muncul ide baru. Tetapi, jangan sampai setelah mendengar, kita mengambilnya mentah-mentah dan seolah itu menjadi karya kita.

Beda Cover dengan Plagiat
Saya jadi teringat, bahwa bukan hanya plagiat yang marak, meng-cover lagu juga banyak. Apakah itu termasuk plagiat?

Di mata Bang Za, cover lagu bukanlah plagiat. Ini dikarenakan ada esensi berbeda antara plagiat dengan cover, dimana plagiat adalah pengambilan secara utuh, atau mengganti lirik (kalau dalam musik) tanpa mencantumkan asal dari mana. Sedangkan cover, mengambil secara utuh, atau sebagian lalu di ubah, tetapi mencantumkan asal-usulnya. Dan ini jauh mulia dari plagiat.

Kami di studio sebelum On Air. Baju kami, kompak gitukan warnanya
Petuah Bang Za
Ada petuah menarik yang dikatakan Bang Za berkaitan Plagiat, dimana ia mengajak para pelaku seni (terutama yang masuk dalam ranah industri musik), mari lebih lelah dalam berkarya, mengekplorasi banyak hal, dan pergunakanlah akal sebaik-baiknya. Karena akal adalah kekhususan yang membedakan kita dengan mahkluk lainnya. Bayangkan, jika karya kita yang telah kita buat dalam lelah, berbulan-bulan, lalu di ambil oleh orang lain. Jika kita merasa sakit ketika disakiti, maka jangan sakiti orang lain.

Ruang seni ini begitu luas untuk dieksplorasi dan diimajinasi. Einstein pernah berkata, bahwa "imajinasi lebih penting dari ilmu pengetahuan." Hmhm... silahkan kita resapi dan ber"imajinasi" makna dari apa yang dikatan Einstein.
Berkaryalah dengan sebenar-benarnya karya. Semesta raya telah menumpahkan banyak sekali ide untuk kita, berpikirlah, berimajinasilah. [Nazar Shah Alam, Apache13]
Sebenarnya cukup banyak yang kami bincangkan malam itu, tetapi point-point diatas setidaknya telah memberi gambaran kepada kita bahwa Plagiat itu sebenarnya 'kejam' dan bagian dari tidak menggunakan akal dan pikiran dengam sebaik-baiknya. Padahal jika kita mau bersusah di awal dan memberdayakan akal dengan baik, kita akan dapat melahirkan karya yang mempunyai ciri khas dan disambut hangat oleh masyarakat.


Setuju? -->> Share dan komen!

Gak sah kalau jumpa yang tenar, gak foto... haha
Kanan ke kiri : Bang Za, Saya dan Riza (Crew 91FM)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram