Pria (juga) Mesti Bisa Masak


Salah satu kriteria istri idaman para pria adalah bisa memasak. Jadi maklum, jika ada wanita tak lihai dalam memasak, ada rasa 'sekayak' was-was. Kadang sebagian wanita memilih belajar masak dulu baru berani terima pinangan pria. Atau setidaknya akan belajar memasak jika hendak/mau menikah.

Disatu kesempatan, saya pernah menanyakan perihal memasak kesalah satu teman. Dia perempuan. Dengan sebuah pertanyaan yang (sebenarnya sangat) simpel, yakni "Ada merasa gundah jika nanti nikah tapi kamu belum pintar masak?" Jawabannya singkat, "Ya... agak gimana gitu kalau belum pinter masak..." saya rasa, dominan perempuan akan menjawab hal yang sama. Saya juga pernah menanyakannya kepada istri, jawabannya juga senada. Sehingga muncul satu petuah, "Pergi kemana  saja boleh, tapi dapur jangan ditinggal."

Beda dengan kami, para pria, tak bisa masak? Yaa... wajar. Mencari istri yang pintar masak? Seperti sebuah keharusan. Tapi apa benar demikian? Bahkan, ketika saya tanya ke beberapa teman, katanya "Wanita itu mesti bisa masak, kalau nggak, gimana caranya ngurus suami..." saya rasa pernyataan ini agak ekstrim. Memang, wanita mesti bisa masak. Tapi apa kita lelaki tak coba mikir, bahwa kita (sebenarnya) juga mesti (wajib) bisa masak? Dan hati-hati... dalam agama, kaum pria lah sebenarnya mesti jago masak.

Saya punya sebuah pandangan, bahwa keahlian memasak tidak mutlak mesti diasah oleh para wanita. Pria juga wajib! Kenapa? Karena akan ada kondisi dimana kita, kaum pria, akan memasak.

Misalnya, kondisi pada saat :

  • Saat Istri Sakit
Namanya juga sakit, tak kenal waktu. Kapan suka, ia datang. Pas sembuh, ya dia pergi. Kondisi ini pasti ada, yang menyebabkan ia tak kuasa ke dapur untuk memasak. Nah... disini peran kita. Jangan tunggu dia beranjak, tapi ambil inisiatif tuk memasak. Sambil bisikkan, "Sayang istirahat saja, biar abang yang masak. Sayang mau dimasakin apa?" Aduuuhh... gak perlu obat, udah sembuh sendiri.

Dan ini menjadi moment pas untuk menghadirkan keberkahan dalam keluarga yang berbuah pahala.

Masak tega.... pagi-siang-malam istri telah memasak untuk kita, eh... pas sakit kita beli di warung. Sah-sah aja sih... tapi rada-rada tak adil kan?

  • Saat Istri Sibuk
Para suami terkadang ingin istrinya bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Lantas, apakah kita siap? Siap kala dia sibuk, lelah, atau sejenisnya? Minimal kita mesti siap untuk memasak.

Tidak hanya sibuk karena bekerja, sibuk mengerjakan pekerjaan rumah juga demikian. Saling melengkapi. Jangan sampai 'tahan lapar' kalau istri belum masak. Itu sama saja dengan menganiaya diri sendiri.

  • Momen memanjakan Istri, Momen Romantis
Momen ini mengajarkan bahwa memanjakan istri tidak mesti berlian, keliling Eropa atau yang wah lainnya. Cukup masak nasi, telor dadar atau teri balado, kerupuk melinjo, plus kuah bening sebelum dia bangun pagi, itu udah bisa membuat si Istri salting. Sederhana memang, tapi bisa menambah rasa cinta tiada tara. Apalagi sambil makan, sambil canda.

Bisa juga diawali dari "Sayang, nanti malam abang yang masak ya. Sayang mau dimasakin apa?" Duuuhh... coba saja bayangin kesyahduannya.

  • Kalau Istri Ngidam dimasakin, Bagaimana?
Kondisi ini adalah kondisi yang genting. Kita tak tau istri akan mengalami pe-ngidam-an seperti apa saat hamil. Bisa jadi minta dimasakin. Itu bisa jadi. Lantas, ketika ngidam masakan suami, apa kita lari atau buat alasan bahwa kita tidak bisa masak? Itu Istri lhoo... Cinta Istri? Walau terpaksa, kita mesti kabulin.

Yaa.. dari banyaknya kondisi yang mengharuskan pria memasak, setidaknya 4 kondisi di atas adalah hal wajar dan akan kita jumpai ketika sudah menikah. Saya juga tak ingin menguraikannya lebih panjang. Silahkan berimajinasi, ketika kita bisa memasak, apa yang akan kita suguhkan ke istri. Setidaknya bayangan itu memotivasi kita, para Adam, untuk mengasah kemampuan memasak.

Lagian... jauh dilubuk hati wanita, mereka tidak mengharapkan pria pintar masak tapi minimal mau atau mencoba memasak. Jangan takut masakan kita tak sempurna, karena bukan itu yang ingin mereka lihat. Tapi lebih kepada mau tidak kita mencoba untuk mereka.

Oya.. jika kita pria yang belum bisa memasak, ada baiknya ketika orangtua kita masak di dapur, samperin! Bantu apa yang bisa dibantu. Potong bawang, hidupin kompor, remas santan, bersihin ikan atau apa saja. Jangan malu, ini tuk masa depan. Setidaknya, kita tau "taruh garam secukupnya" itu seperti apa.

Ketika istri memasak, datangi, samperin, bantu apa yang bisa dibantu. Setidaknya kita bisa tau mana lada bubuk, ketumbar, daun salam, jahe dan lain-lain. Membantu istri memasak, itu romantis lho...

Terkhusus anak Kost, ini moment kalian untuk masak sendiri. Selain untuk bertahan hidup diperantauan, ini juga untuk masa depan.

Manfaatkan internet, untuk cari referensi resep. Mulai dari yang simpel, lalu coba yang rumit, kemudian coba kreasikan. Insya Allah kita bisa. Saya sudah mencobanya.

Ada kerang tumis (atas) dan bakso tumis (dengan bumbu ala kadar)
Sebut saja Tulang-Rempah. Karena saya memadukan berbagai macam rempah-rempah, baik yang diulek atau yang ditaburkan (rempah yang telah menjadi bubuk)
Namanya keren, penampakannya juga Ok. Tapi sebenarnya ini hanya potongan tuna bakar yang saya siram cumi tumis yang gagal... haha
Sebenarnya cuma tumis buncis biasa, tapi dicampur dengan daging. Rasanya enak... Coba aja!
Coba kreasi, semua bumbu dapur disatukan. Rasanya? Bole lah..
Secara adat dan kearifan lokal yang ada, antara pria dan wanita punya tupoksi masing-masing dan berbeda. Yakni lelaki mencari nafkah dan mengerjakan pekerjaan berat, sedangkan perempuan lebih kepada rumahtangga (masak dan tugas rumah lainnya). Tetapi, alangkah baiknya lelaki juga menguasai tugas wanita, seperti memasak dan sebagainya.


Setuju? -->> Share dan Komen!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram