Hanya Kenangan Receh! Dari Jumpa Calon Istri hingga Akad

Facebook senantiasa mengingatkan kita dengan kenangan yang pernah kita bagi. Baik tentang ke-lebay-an, ke-labil-an, haru, suka, dan kenangan yang jika diingatkan jadi pembelajaran bagi kita tentang seberapa dewasa kita dalam menggunakan sosmed dulu dan kini.

Tapi, kalau bicara tentang kenangan, FB baru saja mengingatkan saya akan sesuatu yang saya post tanggal 2 Mei 2017 lalu. Ah.. mengingatnya saja sudah membuat saya cengar-cengir sendiri.. hehe

Apa itu??

KUA Kec. Pidie, Kab. Pidie - Aceh
Foto di atas adalah sebab musabab FB memberi notif kenangan. Disana saya tulis :
Senyum suka trukir jika melewati rute Banda Aceh - Pidie. Tepatnya saat memasuki kota Sigli. Disana ada KUA Kec. Pidie, dimana saya dan istri berjumpa untuk ke-4 kalinya semasa ta'aruf. Pertemuan pertama saat melihat rupanya, kedua saat meminta izin meminang ke ortunya, ketiga moment silaturahim keluarga saya dengan keluarganya saat lebaran. Selebihnya, tak jumpa, tak pula berkomunikasi terkecuali yang penting, seperti "Assalamu'alaikum, besok kita ada bimbingan di KUA Pidie jam 9 y." "Ok... insya Allah.." selebihnya berupa "apa kabar, udah makan, jangan lpa ini itu..." kami komit "mengharamkannya.." tak lain hanya mencoba menjaga keberkahan sistem yg sdang kami jlankan hingga akad.
Membayangkan sampai di KUA saat itu, hati dag dig dug.
Saya memang melihatnya duduk di kursi. Duduk manis, sesekali ia ngelirik. Tapi dominan pandangan di tundukkan. Saya sendiri lebih menatap langit sambil berkata "apa benar, wanita ini akan mnjadi istri. Ini mimpi, atau bukan..." Basa-basi sempat terjdi, itupun untuk memecah suasana yang sunyi, tanpa kata. Basa-basi juga amat klasik, menanyakan kabar ortu. Selebihnya, kami memilih mematung. Beda, dengan pasangan lain yg saat itu juga akan mendapat bimbingan seperti kami. Mereka sling bincang akrab, si perempuan sesekali (ada) membetulkan kerah pasangannya. Kami? Ah... jngkan basa-basi, duduk saja jarak sekitar 2 meter lebih.
Kondisi ini berlangsung hingga akhir bimbingan. Hingga saya menutupnya dengan "saya duluan ya... assalamu'alaikum.." dan, "iya, wa'alaikumsalam..." jwabnya. Kemudian pulang, menunggu hari H untuk akad.
Jujur...!! Kayak mimpi rasanya, kawan!! Jika kami mencoba membuka lembaran kisah di KUA saat itu, maka lucu-lucu konyol gimana gitu... hehe.
Oya, foto di atas juga saya upload di IG tm.syahrizal (boleh di-follow, iklas..haha) 

Banyak yang tanya, "Kenalan dimana kalian, teman kuliah, tetangga atau apa..." Jujur, kami tak pernah saling sapa, tatap muka atau sekedar pas-pasan di persimpangan. Apalagi kenalan yang didahului tabrakan di pustaka, dan buku yang dia hendak pinjam jatuh lalu saya ambil dan tangan kami bersentuhan dilanjutkan saling bertatap malu. Tidak!! Itu senetron punya... Atau, kami tabrakan di jalan lalu dia copot gigi 1 dan saya diminta bertanggungjawab dengan menikahinya? Tidak!! ini bukan dunia extravaganza yang banyak candaan. 

Pertemuan kami berawal saat saya diberitahu oleh Bang Putra (abang saya yang telah menikah dan tinggal di Sigli), bahwa tetangga depan rumahnya ada seorang gadis yang insyaAllah shaleha. Saya pribadi percaya saja, saya juga memberi kode ke orangtua bahwa di sana, ada "bunga" yang mungkin bisa dipetik. #khak

Saya memberi kode agar orangtua saya bisa mengutus seseorang untuk melihat dan mencari tau siapa gadis yang dimaksud. Tapi, yang terjadi diluar dugaan, tanpa konfirmasi terlebih dulu, orangtua saya mudik ke Sigli untuk silaturrahim dengan si gadis dan orangtuanya dengan maksud meminang si gadis. Woow... Padahal tingkat namanya saja saya belum tau siapa. Gawatnya lagi, ketika saya bertanya ke si Abang bagaimana rupanya, malah ia jawab "Belum pernah lihat. Hanya mendengar dari istrinya .." duuh....

Selepas beliau balik Banda Aceh, saya diberikan no Hp si gadis. Katanya, "Selanjutnya, terserah kami, kalau cocok, lanjut..." Hati ini berdegub kencang. Kalau kata dewa-19 : berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang.

Sempat bingung dan ragu-ragu, sms atau tidak. "Ah... sms aja, toh masalah siapa dia bagaimana rupanya, juga akan ketahuan. Yang penting, lurus niat.. menikah - berkah."

Sms nya pun nggak muluk-muluk, hanya perkenalan singkat siapa saya dan maksud tujuan. Mungkin hanya  beberapa sms. Tak sampai belasan. Komunikasi awal juga sempat dengan line, dan lagi-lagi hanya sekedar mencari kesepakatan metode apa yang kami pilih untuk saling kenal.

Dan.. ta'aruf dengan perantara dan tukar biodata jdi pilihan. Tujuannya satu, yakni menjaga keberkahan karena Menikah itu mencari berkah.

Kami menunjuk kak Fitria Larasati atau akrab disapa kak Laras sebagai pihak ketiga. Saya yakin, sebagian kalian mengenalinya. Atau kalian pernah pesan kebab, atau item-item membuat kebab, burger seperti roti dan tortila kebab di Banda Kebab? Nah... beliau ownernya. Oya, Proses tukar-menukar biodata kami lakukan di pertengahan Januari 2016.

Singkat cerita, semuanya kami komunikasikan dengan Kak Laras, baik tentang biodata maupun beberapa pertanyaan lain yang dianggap penting.

Alhamdulillah semua lancar.

Kami memutuskan untuk berjumpa ditempat yang telah disepakati. Ini adalah kali pertama saya berjumpa dengan Kak Laras maupun Nisak, dengan maksud saling tau rupa dan menanyakan apa yang ingin ditanyakan, dan lebih kepada pribadi, kehidupan rumah tangga, pekerjaan, cita-cita, keinginan, dan hal penting lainnya secara langsung. Perjumpaan kami terjadi dihari jum'at sore selepas ashar, bulan Maret ditahun yang sama.

Saya tau, kalian akan menanyakan bagaimana kesan jumpa pertama kan?

Pastinya dag-dig-dug dan agak-agak grogi gimana gitu. Ckck.. yang jelas, suasananya tetiba jadi sunyi saat dia keluar dari salah satu ruang. Suara kendaraan dijalanan terasa lenyap entah kemana. Padahal tempat berjumpa tepat disamping jalan utama.

Saya tak berani melihat lama, hanya sekilas. Hati bergumam, "Ooo... ini orangnya, yang kalau jodoh akan menjadi Istri dan Ibu dari anak-anak ku kelak." Tampaknya pendiam. Masalah fisik, masih banyak yang cantik nan rupawan. Tapi dari tahap ini, saya terbesit yakin, insyaAllah ia bisa menjadi istri dan ibu yang baik.

Perjumpaan kami bisa dikatakan singkat, mungkin setengah jam. Ditemani gorengan dan air mineral, lalu pulang. Kini tinggal berdoa agar dimudahkan dan tetap sharing dengan orangtua. Toh menikah, bukan bicara saya dengannya, tapi orangtua juga perlu tau dan terlibat.

Hmhm... setidaknya ada sekitar 2 bulan selepas jumpa pertama sebelum perjumpaan kedua terjadi. Selama itu pula, tak ada komunikasi diantara kami.

Eitss.. bukan berarti tak serius, malahan ini bentuk keseriusan saya pribadi dan dia dengan tetap mempertahankan "tidak komunikasi jika tak penting." Kalau pun ada yang ingin saya tanyakan, tetap melalui Kak Laras.

Sekilas tampak ribet, tapi coba kalian jalani sistem seperti ini, maka kalian akan tau bahwa metode ini lebih meyakinkan untuk menjaga hati. Ya.. menjaga hati agar tidak bermain hati sebelum akad terucap. Takut... setan-setan dari segala penjuru merasuki.

Pertemuan kedua terjadi sebelum Ramadhan, siang. Saya dan keluarga dijamu makan, menunya enak-enak. Tapi, karena ini kali pertama jumpa calon mertua, saya jaga sikap, grogi dan tak tau mau bicara apa. Cuma senyum-senyum gak jelas. Untung ibu saya orangnya lihai membuka topik bicara yang membuat suasana jadi tak canggung.

Pertemuan ketiga, momen lebaran idul fitri, H+2 Idul fitri. Ini moment sakral. Moment menguatkan komitmen bahwa kami beneran serius untuk menikah, tanpa tunangan dan dibulan syawal. Tapi, tanggal belum ditentukan. Hingga akhirnya, 2 minggu lebih sebelum akad, kami mendapat kabar bahwa nikah akan dilaksanakan tanggal 28 Juli 2016 - 23 Syawal 1437 H di kediaman Nisak.

2 minggu mempersiapkan segalanya, ke kantor geuchik, KUA, bimbingan Nikah, mencari baju nikah yang bermodalkan informasi warna cream darinya (ini agak bingung, karena cream itu banyak tipe dan karena ini, baju nikah kami beda warna...haha) juga hal penting lainnya termasuk sebar kabar nikah ke sanak family. Ke kawan-kawan? Tidak...!! Saya tutupi dulu, malahan saya memancing bullyan dengan momposting foto ini di sosmed :

Suatu hari, di bulan syawal 1437 H. Selepas akad nikah adik sepupu di Masjid Darul Falah Gp. Pineung
Alhasil, foto ini jadi bahan tawa. Yang tertawa pun rata-rata jomblo. Ada yang membully. Sengaja memang, sekalian berikan kejutan saat undangan resmi di sebar!

Sesuai rencana dan harapan, mereka syok bathin, saya posting undangan Nikah beberapa hari setelah foto ini terpublish. #Nyan_ban..

***

Akad terlaksana. Alhamdulillah, lancar sekali ucap.

Walau sudah sah, saya malu saat salaman untuk pertama kali dengannya. Ini juga sentuhan pertama diantara kami.

Sesi foto juga demikian. Jarang kami gandengan, bukan tak mau, kepingin malah, tapi... grogi tetap. Dari para tamu ada yang melayangkan komentar, "gandengan donk... gak usah gemetaran.."

Beda lagi saat dikamar, selepas dzuhur. Duduk berhadapan, jarak sekitaran 2 meter, bicara basa-basi receh seputar keluarga. Bukan masalah hati, apalagi ungkapkan I Love U.

Kalau diingat-ingat, malu sendiri.
Tapi ini, menjadi kenangan kami, yang jika dikenang sama-sama bisa membuat kami ketawa, bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram