Pernah Bercanda Ingin Punya Mobil



Saya dan Istri menikah tahun 2016, di bulan Syawal. Alhamdulillah, Februari 2018, telah dikaruniai seorang anak perempuan yang kami beri nama Cut Zainab Nasywa. Setelah berkeluarga, saya punya keinginan kuat untuk bisa nyetir. Alasannya sederhana saja, kalau saja muncul keinginan jalan-jalan keluar daerah, tinggal rental mobil lalu tinggal cuuuusss dah... Tak perlu repot-repot cari supir. Biaya perjalanan juga bertambah. Lagian, ini jalan-jalan keluarga. Ingin bebas dan jelas lebih menyenangkan jika di mobil hanya ada kami.

Kalau keinginan punya mobil? Sama seperti kalian, pasti ada! hanya saja tidak dalam waktu dekat. Mengingat gaji saya saat itu sebagai staff biasa dengan status kontrak hanya cukup untuk biaya makan-minum, listrik, dan lain-lain. Rasanya terlalu naif kalau saya memaksakan diri beli mobil walau second. Bahkan, ketika  saya telah berprofesi sebagai dosen tetap di Unsyiah dengan jabatan Lektor-pun, tetap perlu waktu sekitar 8-10 tahun untuk membeli mobil secara cash. No Kredit!

Tapi, kenapa di rumah kami ada mobil? Kenapa saya sering jalan-jalan dengan keluarga dengan mobil itu?

Saya hanya bisa jawab, Qadarullah. Ada titipan nikmat-Nya kepada kami untuk saat ini.

Lalu, kok bisa saya punya mobil? Berapa belinya, berapa DP dan angsuran perbulan dan semacamnya.

Ini pertanyaan yang kadang diajukan oleh rekan-rekan. Tapi jujur, untuk membelinya saya tidak mengeluarkan uang se-sen pun. Dan ini juga bukan mobil saya, saya dan istri hanya dipercayakan untuk menggunakan dan merawatnya sebaik mungkin, seperti mobil pribadi.

Kalau boleh saya flashback ke akhir 2016 atau awal 2017, saya sempat bercanda dengan Istri kalau 2 tahun kedepan kita akan punya mobil. Istri hanya senyum dan mengiayakan dengan aamiin.

Candaan ini bukan tanpa sebab.

Saat itu, sepulang dari rumah orangtua saya di kawasan Gp. Pineung dengan motor, kami kehujanan. Basah kuyub. Kami berteduh di bawah kanopi salah satu rumah toko (ruko) seputaran Sp. BPKP. Bukan kami saja yang berteduh, ada beberapa yang lain juga mengalami hal yang sama.

Saya melihat kearah jalan. Ada pemotor yang nekat terobos hujan tanpa mantel. Banyak mobil berwara-wiri.

"Enak ya kalau punya mobil, nggak kebasahan. Apalagi kalau udah ada anak... haha" celetuk saya ke istri

Kalau nggak salah saya, istri menyahut, "Kapan kira-kira punya mobilnya..." sambil dilempar senyum yang menggoda.

"Dua tahun lagi... haha.." timpa saya. Istri mengaminkan.

Hujan reda, kamipun balik. Dingin memang, apalagi saya yang bawa motor. Tapi, dsitu romantisnya, ada yang meluk dari belakang. #ups..

Iseng-iseng saya pernah membuat rincian anggaran pedapatan, pengeluaran dan tabungan secara kasar untuk mengetahui ditahun berapa kami dapat membeli mobil. Alhasil, sekitar tahun 2031 kami bisa memilikinya. Namun dengan syarat, setiap tahun kami harus menghemat biaya belanja dan hidup irit untuk menabung 6 juta/tahun. Ini juga bukan mobil baru, melainkan mobil second layak pakai berkisar 84 juta.

Sedangkan di tahun 2031, Zainab sudah besar. Biaya pendidikan juga tak bisa diabaikan. Belum lagi jika kedepan InsyaAllah kami mendapat amanah untuk merawat 3-4 adiknya Zainab. Uang tabungan untuk mobil? mungkin hanya mimpi. Tapi sejak menikah, saya memang telah menargetkan untuk punya kendaraan pribadi yang bisa menganggkut seluruh anggota keluarga jalan-jalan. Ngebayanginnya saja udah seru... hehe

Tapi memang betul-betul Qadarullah.

Awal tahun 2018, pihak keluarga istri berencana membeli mobil. Padahal, dikeluarganya tidak ada yang bisa nyetir. Kata istri, saya yang akan nyetir untuk sementara sembari menunggu Ayahnya belajar nyetir. Saya yang mendengarnya ada rasa bahagia dan dag dig dug. Kenapa? Karena kemampuan nyetir saya dibawah rata-rata. Seumur hidup, baru 2-3 kali nyetir. Itupun nekat bawa mobil kantor untuk sekedar beli Nasi. Jadi harap maklum, dihari pertama saya nyetir mobil yang dibeli, langsung tergores agak dalam di sisi kanan pintu tengah. Pernah pula, saat mundur terserempet pagar rumah orang pada sisi kiri belakang yang perbaikannya cukup lumayan menguras hampir sebulan gaji. Disini saya paham betul, punya mobil itu harus dibarengi penghasilan yang besar. Disisi lain, ini menuntut saya untuk lebih waspada dan memakainya ketika diperlukan.

Kediaman kami. Singgah-singgahlah jika berkenan

Singkat cerita, ketika orangtua istri pergi haji tahun 2018, mobil tersebut kami gunakan. Sekedar keliling kota, dan sesekali ke luar kota untuk memenuhi acara keluarga.

Pasca kepulangan orangtua istri dari haji, keluar 1 steatment dari mereka, "Mobilnya di banda aja, kalian gunain. Ayah sudah nggak kuat lagi kalau harus nyetir."

Saya dan istri sempat bingung, dengan pengahasilan pas-pasan, rasanya bakal kewalahan untuk perawatan roda 4. Istri juga pernah kasih kode ke orangtuanya, "Ayah gak mau bawa mobil, kalau ada dibawa pulang ke sigli." Kurang lebih demikian. Tapi jawabannya tetap sama seperti di atas, dan kami menerimanya. Ini memotivasi saya secara pribadi, untuk memantaskan diri agar pantas memiliki mobil baik dari segi keuangan maupun tanggungjawab.

Yah.. walau ini mobil keluarga istri, tapi setidaknya apa yang dicandakan seakan terwujud. Canda terucap akhir 2016 atau awal 2017, hak pakai (kecuali kepemilikan) kami dapat akhir 2018 atau awal 2019. Kurang lebih, sekitar 2 tahun setelah candaan.

Apa kami tidak ada keinginan untuk membeli mobil pribadi? Keinginan ada... tapi untuk saat ini, kami hanya ingin menjaga yang telah ada.

Harapannya, istri cepat-cepat bisa nyetir. Ganti-ganti nyetir jika lelah. Siapa tau, liburan semester, bisa keliling Sumatera, berhenti dimana suka, wisata kuliner disetiap persinggahan... hehe

Ajarin anakmu cuci mobil, agar kelak bisa diminta tolong tuk cuci mobil... haha


***

Tulisan ini sekalian menjawab beberapa dugaan teman bahwa saya telah sukses dan bisa membeli mobil. Berpenghasilan udah mumpuni dan hal-hal positif lainnya. Memang saya tak menjawab dan membantahnya. Tapi, bukan berarti saya mengklaim itu benar atau mobil ini hasil jeri payah saya. Saya hanya mengaminkan, berharap kata-kata positif kalian terwujud disuatu masa. aamiin

3 komentar:

Instagram