Pengalaman Tes CPNS Tahun 2018 Formasi Dosen di Lingkungan Kemenristekdikti


Untuk postingan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman tentang apa saja yang saya lalui saat mengikuti seleksi CPNS 2018, tepatnya formasi Dosen Asisten Ahli di Kemenristekdikti. Saya harap tulisan ala kadar ini dapat membantu se-siapa saja yang ingin menjadi Dosen. Apalagi, info dibukanya seleksi CPNS 2019 dan PPPK kembali tercuat. Semoga pemerintah tetap membuka untuk formasi dosen. Semoga... aamiin.

Oke!! Langsung saja....!!

Secara umum, ada 3 tahap seleksi penerimaan CPNS 2018 yaitu seleksi administrasi, CAT dan kemampuan bidang. Semua rangkaian seleksi setiap instansi dan formasi pada dasarnya sama, yang membedakan pada Seleksi Kemampuan Bidang (SKB). Tergantung diformasi apa yang kita lamar. Terkhusus pada formasi Dosen Asisten Ahli, ada 4 tahap yang akan diuji dengan penilaian dan memiliki bobot nilai yang berbeda, yaitu tes tulis (subtansi) dengan bobot nilai 40%, wawancara bobot nilai 20%, mengajar  bobot nilai 25% dan kesehatan dengan bobot nilai 15%.

Pertama : Tes Tulis (Tes Subtansi)
Tes tulis terdiri dari 100 soal dan kesemuanya adalah soal untuk menguji wawasan/ilmu tentang formasi dosen dengan kosenterasi apa yang kita lamar.

Contohnya : Tahun lalu, saya memilih formasi dosen  dengan kosentrasi Ekonomi Islam. Maka soal yang saya dapatkan semuanya berkaitan dengan Ekonomi Islam seperti Tokoh Ekonomi Islam, Zakat, Wakaf, Fatwa-fatwa MUI, Lembaga Keuangan Islam, Ayat-ayat/Hadist berkaitan dengan Ekonomi Islam, Produk-produk perbankan Syari'ah, Akad-akad dalam bermuamalah dan lain-lain.

Dikarenakan tes tulis memiliki bobot nilai paling besar, sudah selayaknya, kita mengejar nilai tinggi dengan menjawab semua soal. Jika tidak tau, tebak saja, tidak ada sistem pengurangan point. Siapa tau bernasib baik.

Bagaimana dengan permasalahan undang-undang tentang Perguruan Tinggi (PT) dan semacamnya?

Tahun lalu, isu ini sempat terhembus. Saya bahkan mendownload hampir semua UU tentang PT dan sejenisnya. Tapi di hari H, tidak satupun soal itu ditanyakan. Agak kesel sebenarnya, karena waktu terbuang percuma. Padahal materi bidang cukup banyak. Duuhh....

Kalau tahun ini? Bisa jadi ada bisa jadi tidak. Bisa jadi tergantung PT yang kita lamar. Mengingat, soal subtansi dilimpahkan sepenuhnya ke PT masing-masing. Tapi, setahu saya, dari tahun ke tahun khususnya Aceh, pertanyaan berkaitan dengan UU PT tidak ditanyakan. Saya juga sempat bertukar info selepas tes dengan peserta dari PT lain di luar Aceh melalui group WA. Mereka juga menyatakan hal serupa, bahwa tes ini murni tentang pengetahuan bidang.

Kedua : Wawancara
Ada 4 penilaian pada tahap ini, yaitu Komunikatif, Pengalaman Kerja, Kerjasama dalam Tim dan Kemampuan Bahasa Asing.

  • Komunikatif
Sudah selayaknya pengajar memiliki komunikasi yang baik. Hindari komunikasi terbata-bata atau terlalu lama memikirkan jawaban. Ini bisa saja mengurangi poin kita. Komunikasi yang baik sangat membantu kita untuk meyakinkan pewawancara bahwa kita layak diterima.

  • Pengalaman Kerja
Beruntung, bagi yang memiliki pengalaman mengajar. Tapi itu bukan poin utama yang menjadi penilaian. Kenapa? Karena didunia Akademisi, bukan hanya mengajar menjadi acuan. Banyak pekerjaan lain yang bisa kita jual ke pewawancara, contohnya pernah menjadi penyiar (berhubungan dengan komunikasi), penulis lepas, diperbankkan, atau pekerjaan yang mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi dan akan memberi peran langsung saat proses pembelajaran.

Kalau freshgraduate atau tidak memiliki pengalaman kerja? Coba aja, siapa tau rezeki. Lagian, ini satu item dari beberapa item lain yang dinilai. Yakinkan pewawancara, bahwa kita memang layak.

  • Kerjasama dalam Tim
Semua pekerjaan menuntut kerjasama tim yang baik, termasuk dunia akademisi. Pertanyaannya (yang ditanyakan kepada saya) seputar manajemen konflik dan ketika kita menjadi leader.

  • Kemampuan Berbahasa Asing
Ini penting!! Setiap Universitas dan yang setara memiliki ambisi untuk membawa kampusnya menjadi terbaik. Dengan dosen-dosen/pengajar menguasai bahasa asing, ini sangat membantu kampus untuk unjuk gigi lebih. Baik dalam penulisan jurnal standar Internasional, atau membuka kelas Insternasional.

Kalau di Unsyiah sendiri, kemampuan bahasa asing tidak hanya berpatok pada Bahasa Inggris, tapi Bahasa Arab, Mandarin dan semacamnya juga di apresiasi.

Misalnya kita tidak pandai berbahasa asing? Maka jawab saja "kemampuan Bahasa Asing saya pasif..." Jujur itu lebih baik, dari pada kita menjawab "Aktif" dan ketika di tes cuma bisa Yes-No-Yes-No. Itu hanya memperburuk citra kita.

Oya... Khusus saat wawancara, ada baiknya kita menyiapkan beberapa berkas sebagai nilai tambah, seperti Jurnal yang pernah ter-publish, opini yang dimuat di media, buku yang kita tulis, sertifikat/penghargaan dan lainnya. Berkas dimasukkan ke dalam map/semacamnya, dan perlihatkan ke pewawancara.

Ketiga : Mengajar
Banyak orang pandai dan cerdas, tapi hanya sedikit yang mampu menyampaikan. Penilaian mengajar sebagai bukti bahwa kita layak untuk menyampaikan ilmu dengan baik kepada mahasiswa.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam tes mengajar :
  1. Menyiapkan bahan berupa slide materi. Bebas topiknya. Slidenya jangan terlalu banyak, 4 atau 5 cukup! Karena durasi yang diberikan ke kita hanya 10 sd. 15 menit. Cukup singkat, padat dan jelas! Dan jabarkan dengan seksama dan meyakinkan.
  2. Kuasai alat bantu mengajar, seperti spidol/papan tulis/alat peraga lainnya. Jangan gagap teknologi! Kuasai kemampuan dasar untuk menyalakan, memasang infocus, dan mengoperasikan laptop.
  3. Di dalam ruangan tes, (khusus Unsyiah) akan ada dosen untuk menguji kita. Mereka akan bertanya pertanyaan yang mungkin menjebak. Olehkarenanya, pilihlah materi yang sangat kita kuasai. Oya.. dibeberapa PT, tidak hanya dosen yang menguji kita, tetapi ada mahasiswa yang juga ikut menilai kita, menggoda kita, membuat keributan dalam ruang dan sebagainya. Kalau memang demikian, sudah selayaknya kita menyiapkan cara jitu menangani kondisi yang sering terjadi dalam ruang.
  4. Siapkan materi dalam 2 bahasa, Indonesia dan Inggris. Kenapa? Khusus di Unsyiah, para penguji meminta peserta CPNS untuk mengajar dalam bahasa Inggris. Hmm.. masih terekam jelas saat saya mengikuti tes ngajar, salah satu penguji meminta, "Coba... kamu mengajar dengan Bahasa Inggris."  Syok saya... haha

Keempat : Tes Kesehatan
Tes paling mudah! Kita hanya melampirkan surat kesehatan dari Pukesmas/Rumah Sakit. Bobotnya juga lumayan, 15%. 

Apakah semuanya mendapat nilai 15%? 

Tentu tidak. Bobot nilai penuh (15%) akan diperoleh oleh peserta yang tidak memiliki riwayat penyakit parah. Jika misalnya memiliki riwayat penyakit parah, bobot yang didapat bisa 10% bahkan 5%. 

***

Sebenarnya, masih banyak yang ingin  dishare, cuma takut bakal kepanjangan dan bosan untuk dibaca. hehe

Jika ingin bertanya, bisa terakan pertanyaannya di komentar. InsyaAllah akan saya jawab semampunya.

Sekian!! Semoga bermanfaat... aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram